About

Serpihan Catatan Seorang Muslim Yang Sedang Belajar Untuk Mencari Kemuliaan Hidup

I'tikaf di Mall?

Rabu, 31 Juli 2013

Sudah berapa kali kita bertemu dengan bulan penuh berkah, tamu agung yang di tunggu-tunggu kehadirannya oleh ummat islam, yang bahkan non muslim juga kecipratan kegembiraan di bulan ini, ialah bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat malam yang sebanding dengan 1000 bulan.

Meskipun begitu agungnya bulan ini, nyatanya mulai dari pertengahan sampai ke penghujung bulan, sepertinya sudah mulai terlupakan oleh muslim itu sendiri. Dapat kita lihat dari beberapa ramadhan-ramadhan yang lalu, kemudian ramadhan tahun ini juga, jama’ah sholat di masjid semakin hari semakin maju. Yah maju kedepan karena semakin berkurangnya ummat islam yang pergi ke masjid.

Mungkin diantara kita adalah salah satu yang mulai melemah semangatnya untuk beribadah dibulan ini, atau mungkin kita adalah salah satu yang menghilang dari jama’ah sholat di masjid, yang seharusnya semakin dipenghujung, semakin bertambah pula semangatnya, apalagi banyak terdapat keutamaan di dalamnya.

Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya “. (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 2008)

Dalam lafazh yang lain:
“Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim no. 2009)

Seperti itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, dalam menjalani ibadah dipenghujung bulan istimewa ini, ia lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah-ibadah kepada Allah. Terlebih lagi dipenghujung ramadhan ini ada malam ajaib menurut saya, ia bernama “Lailatul Qadr”, malam kemuliaan, dimana pada malam itu Al-Qur’an diturunkan, malam yang sering orang menyebutnya dengan Malam Seribu Bulan, ya karena ia memang lebih baik dari 1000 bulan.
Allah swt. berfirman: “malam kemuliaan (lailatul qadr) itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 3)
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam juga sudah mewanti-wanti mengenai malam Lailatul Qadr, serta memerintahkan kita untuk mencarinya.
“Carilah lailatul qadr pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan” (HR. Bukhari)

Maka untuk itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam melakukan I’tikaf di sepuluh malam terakhirnya dan menganjurkannya kepada ummatnya

Mengenai i’tikaf yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan dalam hadits ‘Aisyah berikut ini, di mana beliau berkata,“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelah beliau wafat.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).

Itu sedikit bahasan mengenai keutamaan dipenghujung ramadhan, khususnya 10 malam terakhir, namun yang ingin kita bahas disini adalah fenomena yang terjadi dimasyarakat mengenai aktvitasnya di penghujung ramadhan.

Ia adalah bulan ibadah bukan bulan niaga, apalagi dipenghujungnya, seringkali kita dapati lebih banyak orang muslim lebih senang dengan pergi ke Mall, entah itu hanya sekedar jalan-jalan “cuci mata” ataupun berbelanja dengan penuh khidmat mengelilingi setiap bagian dari lorong-lorong yang ada di Mall itu.

Sudah jadi budaya di negeri kita, bahwa yang namanya penghujung ramadhan menjelang Idul Fitri, saatnya berfoya-foya dengan lebih sibuk mempersiapkan hari lebaran dengan pakaian baru, perabotan baru, rumah dengan warna baru, dan lain-lain yang baru, banyak yang tahan berjam-jam untuk mencari produk-produk di mall dari pada berdiam diri sejenak di masjid untuk beri’tikaf, sehingga rasanya tak salah jika saya menyebutnya “Beri’tikaf di Mall”. Alhasil itu mengakibatkan terbengkalainya ibadah yang seharusnya semakin kencang di penghujung bulan ini.

Banyak yang lebih disibukkan dengan urusan dunia dari pada ibadah, sehingga apa yang menjadi tujuan haqiqi dari ramadhan tak kita dapatkan. Inilah yang mungkin menjadi penyebab dari ramadhan yang pernah kita temui tak membuat perubahan dalam diri kita, hanya menjadi kenangan indah tak bermakna yang hanya berlalu begitu saja, yang bahkan mungkin hanya sekedar ceremonial ikut-ikutan, karena melihat yang lain bergembira menyambutnya.


Mari kita renungkan dalam hati kita, sudah sejauh manakah Ramadhan ini membawa kita keperubahan yang semakin baik?

Bisyarah Untuk Orang Muslim

Senin, 27 Mei 2013

Islam mempunyai sesuatu hal yang berbeda dengan yang lainnya. Sesuatu tersebut adalah Bisyarah. 

Bisyarah adalah sebuah kabar gembira yang Allah turunkan kepada ummatnya, baik melalui al-Qur’an ataupun melalui ucapan rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam.

Bisyarah dapat dikatakan sebagai prediksi yang Allah turunkan melalui RasulNya kepada kaum Muslimin, yang kemudian menjadi penyemangat kaum muslim selama berabad-abad lamanya.

Ia menjadi pengingat dalam kealpaan dan menjadi sebuah sumber energi yang tidak terbatas sampai kapanpun juga. Dengan bisyarah inilah kaum muslim berjuang dan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia.

Allah berfirman "Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa Bisyarah dan pemberi peringatan" (QS. Al-Furqan: 56)

Salah satu contoh Bisyarah adalah syurga, yang dikatakan bahwa disana ada mengalir sungai-sungai dibawahnya, dan semua keinginan akan didapatkan, dan berbagai kenikmatan yang tak dapat di tuliskan disini.

Namun berbicara tentang Bisyarah, kita tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi ternyata juga berbicara tentang dunia.

Rasulullah Saw pernah mengatakan bahwa ia suatu waktu pernah di tidurkan oleh Allah dan kemudian dibentangkan bumi yang terbujur dari timur sampai ke baratnya, dan Ummat Islam nanti akan menguasai apa2 yang diperlihatkan itu dari ujung Timur sampai ujung Barat. Inilah salah satu Bisyarah di dunia.

Kalimat menunjukkan bahwa Islam akan menguasai dunia. Itu diceritakan Rasulullah saw pada abad ke tujuh, yang saat itu Islam hanya sekota Madinah saja.Kira2 apa yang katakan orang2 kafir dan munafiq? Gila, Stres, Ngayal.

Namun itu lah yang namanya Bisyarah, terkadang orang2 yang mengemban Bisyarah ini akan dikatakan "Gila, Stres, Ngayal"

Salah satu Bisyarah yang dapat menginspirasi setiap muslim adalah Bisyarah rasulullah saw yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru pada shahabat pada tahun ke lima hijriyah ketika sedang menggali parit sepanjang sekitar delapan kilometer untuk memisahkan dengan musuh di sebelah selatan kota Madinah.

Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang kota manakah yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel) (HR Ahmad).

Kalimat itu di katakan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam pada saat kondisi sedang panas terik menusuk kulit, menggali parit untuk menerapkan stategi prang dari Salman Alfarisi dan akan menghadapi kaum sekutu Kafir yang berjumlah 10.000 pasukan, sedangkan kaum muslim di tambah orang yahudi berjumlah 3000 orang.

Kemudian suatu ketika beliau juga berkata "Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya" (HR Ahmad).

Ini adalah sebuah bisyarah, petunjuk dan kabar gembira bagi kaum muslim bahwa dua pilar peradaban barat pada waktu itu yang dijadikan simbol yaitu: Kota Roma (Romawi Barat) dan Kota Konstantinopel (Romawi Timur) akan diberikan dan dibebaskan oleh kaum muslim.


#Bisyarah

Rihlah to Lemukutan

Senin, 13 Mei 2013



Malam ini sekretariat BKMI UNTAN tak tutup, tak seperti biasa, karena malam ini para ikhwan BKMI sedang berkumpul menunggu kedatangan bus kota, saya adalah salah satu dari para ikhwan tersebut. Kami sudah bersiap-siap karena sesuai dengan kesepakatan hari ini pukul 01.00 malam kami akan berangkat menuju pulau seberang menggunakan bus. Belum tahu pasti, yang jelas kami telah mengerucutkan pilihan pulau yang akan kami sambangi, yaitu pulau Lemukutan atau Randayan yang saling bersebelahan di Kabupaten Bengkayang.

Malam semakin pekat, suhu dingin juga mulai merasuki tubuh, waktu sudah menunjukkan tepat tengah malam. Kami semua berjumlah lima belas orang, terdiri dari Majelis Syuro (Muhammad Thaufani & Dedi Zainullah), Pengurus BKMI (Andi Saputra, Ikhwanul Fitra, Fanser Syahtriawan, Hamditika, Hendri Gunawan, Agus Rianto, Dori Tri Sakti, Juanda dan saya Fikry), Magang BKMI (Andika dan Bandi Hermawan) dan Perwakilan dari LDF (Rahmat Syaiful, Toni). Tiga belas orang telah berkumpul di sekretariat BKMI, kecuali dua saudara saya Hendri Gunawan dan Agus Rianto yang sudah berada di bus yang sedang menuju sekretariat BKMI.

Tak sesuai perkiraan, bus datang lebih awal, setengah satu. Kami langsung bergegas menaikkan barang-barang ke bus, galon, pancingan, beras beraneka barang bawaan yang siap kami bawa. Setelah beberapa kali berhenti untuk mengangkut penumpang, akhirnya bus melaju kencang, namun dengan bus yang menyisakan sedikit ruang, membuat kami harus berjibaku dengan penumpang lainnya, karena sepertinya bus telah melebihi kapasitas, hal ini tak memberi banyak untuk kami bergerak, belum lagi suara anak kecil yang merengek membuat saudara saya Hendri Gunawan yang berada didekatnya tak tenang dan tak bisa tidur semalaman, dan Toni yang tak kebagian tempat duduk yang membuatnya berdiri di bus semalaman yang tentunya juga membuatnya tak bisa tidur, juga saya dengan ruang yang sangat sempit, membuat kaki saya terjepit dan tak bisa bergerak, yah lagi-lagi membuat tak bisa membuat tidur nyenyak, dan beberapa dari kami yang juga punya kisahnya masing-masing ketika di bus. ^_^

Setelah hampir tiga jam berada di bus, akhirnya bus berhenti dan menurunkan kami di depan penyebrangan. Sambil menunggu waktu subuh, sejenak menidurkan diri di warung yang tak jauh dari penyebrangan. Setelah sempat memejamkan mata, waktu memasuki subuh, namun kami kebingungan karena masjid tak ada di sekitar sini, kalaupun ada ia berada disekitar 3 km jauhnya dari tempat kami sekarang. Alhamdulillah tak membutuhkan waktu lama bapak yang punya warung datang, sebut saja Pak Anggrek (saya lupa namanya, hehe). Kami dipersilahkan untuk sholat di sebuah bangunan tertutup disebelah warungnya. Sholat subuh terbagi tiga kloter, saya di kloter kedua, yang sebelumnya mengambil air wudhu di atas kapal klotok dimuara laut yang berombak dan mempunyai rasa yang asin.

Alhamdulillah sholat telah dilaksanakan, namun rasa kantuk masih tak mau hilang, sambil menunggu informasi kedatangan kapal yang akan membawa kami, obrolan ringan sambil canda tawa mewarnai waktu santai kami, dan akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa kami akan menuju ke pulau Lemukutan yang sebelumnya masih “galau” menentukan tempat tujuan kami.

Memang waktu tak boleh dibiarkan tanpa ada dokumentasi, bernarsis ria di ujung dermaga merupakan keputusan yang tepat untuk menyimpan memori-memori istimewa, dibawah warna langit gelap bercampur merah itu. Beberapa jepretan yang mengeluarkan cahaya kilat tak saya lewatkan begitu saja dengan pose terkeren yang saya miliki, hehe.

Matahari mulai menunjukkan sinarnya, perutpun juga mulai mengeluarkan tanda-tanda keinginan untuk di isi. Warung Pak Anggrek juga sudah dibuka dengan berbagai macam benda-benda yang menggiurkan untuk dimakan. Hasrat untuk membeli minumanpun tak tertahankan, beberapa cangkir kopi dan energen, akhirnya tersuguhkan dihadapan kami. Sambil minum secangkir minuman dan ngobrol ringan dengan Pak Anggrek, didapatlah informasi bahwa kapal yang kami tunggu akan datang sekitar jam 8 pagi. Alhamdulillah informasi yang melegakan.

to be continue...

Rumah Ukhuwah SPK



Tak tau mengapa hari itu ada perasaan sedih ketika perjalanan pulang selepas menghadiri Muktamar BKMI di hari kedua yang sesaat sebelumnya Pengurus BKMI telah disahkan sebagai Demisioner BKMI Aktif Bersahabat. Perasaan yang belum pernah saya rasakan ketika mengalami hal yang sama -disahkan sebagai Demisioner- di Oraganisasi lain. Apalagi saat itu ada juga yang menangis, saya memang tak menangis, namun bukan berarti tak bersedih saat itu. Ada rasa “ngilu” di dalam hati.

Sejenak mengingat ketika saya di minta untuk menjadi pengurus BKMI Aktif Bersahabat. Saat itu saya sudah menjabat sebagai Sekretaris Umum di FKMI Nuruddin FISIP Untan, seorang senior saya di FKMI Nuruddin meminta saya untuk ikut serta sebagai pengurus BKMI, lebih khususnya di Biro Administrasi dan Kesekretariatan, katanya biar sesuai dengan amanah saya di FKMI Nuruddin. Ya Sekum di FKMI Nuruddin memang masih berurusan dengan yang namanya Surat-menyurat. Namun saya menawar, agar saya di masukkan sebagai Pengurus BKMI di Bidang SPK (Syiar dan Pelayanan Kampus) –Jujur saja, saya orangnya kurang rapi dalam hal “kertas”.

Beberapa hari berselang saya mendapatkan kiriman SMS dari salah satu MS (Majelis Syuro) BKMI, yang bertanya saat ini saya sudah memegang berapa amanah. Saat itu memang saya sudah memegang tiga amanah di Organisasi yang berbeda (FKMI Nuruddin, JPRMI, HADID). Kemudian beliau bertaya kembali apakah siap mendapat amanah baru dengan banyaknya amanah yang saya pegang saat itu. Lama SMS itu tak saya jawab, kiriman SMS itu membuat saya berpikir kembali apakah akan meneruskannya. Setelah konsultasi kebeberapa orang -termasuk Kabid SPK saat itu Bang Hamditika- dan berpikir panjang, akhirya saya balas SMS tersebut dengan mengatakan saya SIAP dengan amanah baru sebagai Bagian dari SPK Crew BKMI Untan Aktif Bersahabat. Kini saya sudah demisioner, semua sepak terjangnya sekarang hanya ada dalam memori.

Ada keinginan agar dapat tetap bersama dengan Pengurus BKMI Aktif Bersahabat, terutama bersama dengan SPK Crew Akif Bersahabat. Bang Hamditika, Ilham, Zikree, Kak Hamidah, Kak Syurya dan Kak Murniati. Hari-hari kebersamaan dengan mereka merancang sebuah agenda-agenda besar, canda tawa, dan kadang juga ada rasa kesal sesaat. Namun itulah yang membuat SPK Crew Selalu Pasti Keingat moment-moment terindah, yang membuat SPK Crew semakin terasa Ukhuwahnya, walaupun sering di kritik -baik dari dalam, maupun dari luar- bahkan kita pernah di denda tapi tetap tak menggoyahkan kita. Sungguh banyak cerita bersama kalian.

Terima kasih dan permintaan maafku kepada seluruh Pengurus BKMI Untan Aktif Bersahabat yang telah memberikan begitu banyak pengalaman, ilmu dan rasa persaudaraan kalian, kepada Seluruh PH, Bang Andi, Bang Wawan, Bang Riky, Bang Fanser, Kak Mia, Kak Erna, Suci, dan untuk yang terspecial SPK Crew ; kak Mied Hmiedah Hs, kak Syurya Pratiningsih, kak Nia Agri, bg Hamdi TafadhalMuhammad Ilham,Zikree Turks kalian Luar Bidahsyat ! ^_^

Menata Kecewa


Kecewa adalah respon hati seseorang pada saat menerima atau mendapat perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapannya.

Beragam respon hati terhadap kecewa, dari yang positif hingga negatif.

Karena kecewa, syaitan tidak mau sujud kepada Adam yang jelas perintahnya dari Allah SWT, akibatnya dia terlaknat dari surga.

Karena kecewa, Kelompok Syiah tidak mau mengakui Kekhalifahan Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.

Karena kecewa, seorang laki-laki memperolok seorang wanita dan sebaliknya. Itu beberapa respon hati yang negatif dari rasa kecewa.

Namun tak semua respon hati terhadap kecewa adalah negatif. Respon positifpun akan di sematkan karena dia mempunyai harapan untuk bangkit dari kekecewaan.

Ada sebuah Quote dari Rasulullah saw yang mengagumkan “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Mengagumkan bukan?

Walaupun kecewa merupakan hal fitrah pada diri manusia, namun jangan sampai kita terlalu kecewa.

karena {Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan dia telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.} (QS. Al-Hadid: 22) .

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka, {Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami."} (QS. At-Taubah: 51).

Apa yang membuat kita benar, maka tak akan membuat kita salah. Sebaliknya, apa yang membuat kita salah, maka tidak akan membuat kita benar.

Jangan pula pernah berandai, "Seandainya saja aku melakukan seperti ini, niscaya akan begini dan begini jadinya." Tapi katakanlah, "Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan."

Demikianlah kita bebas memilih respon hati mana yang akan kita sematkan ketika rasa kecewa mulai menghujam.

Peristiwa Ba'da Ashar


Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur hanya kepada Allah SWT yang telah mencurahkan begitu banyak nikmat kepada kita, yang tak akan sanggup untuk dihitung jumlahnya, dan Shalawat serta salam tak luput kita haturkan kepda Qudwah kita Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasalam.

Kali ini saya hanya ingin berbagi pengalaman yang semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk saya. Tulisan ini juga merupakan request dari saudara saya.

Kejadian itu berawal ketika saya baru saja selesai melaksanakan sholat ashar berjamaah di mushola sekolah yang pernah menjadi tempat saya mencari ilmu setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Saat itu kami alumni di sekolah tersebut sedang melaksanakan agenda disana. Tak lama berselang sahabat saya Yudha datang (masuk ke mushola) dengan wajah yang basah. Ya, dia baru saja mengambil air wudhu, dan ia ketinggalan sholat berjamaah bersama kami.

Melihat keadaan itu saya menawarkan diri untuk menemani dia untuk shalat berjamaah. Ketika saya berdiri disamping kanannya dan hendak melakukan takbir, sahabat saya Abdullah, langsung berdiri dan bertanya,“abang belum sholat ke?” saya jawab “sudah”, dengan wajah yang sedikit agak bingung Abdullah langsung bertanya kepada Muttaqin sahabat saya yang menjadi imam ketika sholat tadi. Kemudian saya langsung sholat bersama Yudha.

Mengapa saya sholat dua kali?
Apakah boleh untuk sholat dua kali?

Pada hari yang sama, saat matahari sudah kembali keperaduannya, saya bertemu dengan Muttaqin, panjang kami berbincang-bincang, dan sampailah pembahasan kami tentang tindakan saya tadi sore. Ternyata Abdullah belum mendapatkan jawaban dari tindakan saya.

Saya jelaskan bahwa saya pernah membaca sebuah hadits, yang isi nya membolehkan tindakan saya tersebut. Untuk memastikannya lagi, saya menanyakan hukumnya kepada beberapa ustadz (sekitar 4 orang ustadz) yang Insya Allah dapat dipercaya. Beberapa menit kemudian hp saya bergetar, salah seorang ustadz yang saya SMS membalas, dia menjawab boleh. Keesokan harinya 3 ustadz yang lainnya juga membalas, hal yang senada dengan jawaban ustadz yang pertama juga di utarakan  oleh  mereka.

Karena kita tak boleh taqlid kepada ulama apalagi ustadz, maka saya hadirkan dalil shahih. Kondisi tersebut pernah terjadi di zaman Nabi Shalallahu’alaihi wasalam, dimana ada yang terlambat datang ketika Nabi Shalallahu’alaihi wasalam dan para sahabat telah selesai sholat. Maka nabi Shalallahu’alaihi wasalam bersabda: “Apabila ada yang mau bershadaqah buat orang ini, maka sholatlah bersamanya” (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud No 574)

Ya itulah dasar saya menemani Yudha untuk sholat berjamaah, walaupun sebenarnya masih perlu untuk dikaji lebih dalam persoalan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk saya.

Maksiat, Boleh ?


Wah.. tenyata berbuat maksiat itu diperbolehkan.
eitss.....tapi ada syaratnya.
mau tau syaratnya?
baca terus sampai habis yaa, nanti bakalan tau syaratnya.

Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham . Dia berkata , "Wahai Aba Ishak ! Selama ini aku gemar bermaksiat . Tolong berikan aku nasihat."

Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata , "Jika kamu mahu menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka boleh kamu melakukan maksiat."

Lelaki itu dengan tidak sabar -sabar bertanya . "Apakah syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak ?"
Ibrahim bin Adham berkata , "

Syarat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezeki -Nya. "
Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata , "Dari mana aku mahu makan ? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah ?"
"Ya!" tegas Ibrahim bin Adham. "Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar larangan -Nya?"

"Yang kedua , " kata Ibrahim, "kalau mahu bermaksiat, jangan tinggal di bumi -Nya !"
Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati .
Ibrahim kembali berkata kepadanya , "Wahai Abdullah, fikirkanlah , apakah kamu layak memakan rezeki -Nya dan tinggal di bumi-Nya , sedangkan kamu melanggar segala larangan -Nya ?"
"Ya! Anda benar . " kata lelaki itu .

Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga . Ibrahim menjawab, "Kalau kamu masih mahu bermaksiat,carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat oleh -Nya!"
Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata , "Wahai Ibrahim, ini nasihat macam mana ? Mana mungkin Allah tidak melihat kita ?"
"Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?" kata Ibrahim.
Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat .

Ibrahim melanjutkan , "Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya, ' Ketepikan kematianku dulu. Aku masih mau bertaubat dan melakukan amal saleh ' . "
Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersedar , "Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?"
"Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahawa kamu tidak bisa menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau bisa lari dari kemurkaan Allah?"
"Baiklah, apa syarat yang kelima ?"

Ibrahim pun menjawab, "Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti , jangan engkau ikut bersamanya. "
Kata tersebut membuat lelaki itu insaf. Dia berkata, "Wahai Aba Ishak , sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya. "
Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran .
"Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah. " katanya sambil terisak - isak.

nah, sudah tau kan syaratnya, sekarang silahkan bermaksiat sesuka hati, tapi ingat harus memenuhi ke-5 syaratnya dulu yaa.

semoga bermanfaat... ^_^

Jalanan Tak Lagi Aman

“Seandainya aku bisa mengendarai motor dengan menutup mata”

Kalimat itulah yang kupikirkan saat ini, ketika aku sedang mengendarai motorku dengan kecepatan sekitar 30km/jam di tengah keramaian jalanan kota ini, saat matahari mulai meredupkan sinarnya, aku pulang dari rumah saudaraku seusai kami silaturahim.

Bukannya aku tak bersyukur mempunyai kedua bola mata yang masih segar ini, yang masih dapat melihat indahnya lukisan alam, dimana tak semua insan bisa mendapatkan dan menggunakannya, sungguh nikmat yang sangat luar biasa yang Allah Swt berikan padaku.

Hanya saja saat ini jalanan sudah tak lagi aman untuk dilihat. Tak aman dari makhluk yang di muliakan posisinya oleh Allah dan RasulNya, makhluk yang namanya di abadikan dalam Al-Qur’an dan bersama kemuliaannya ia juga dapat membawa fitnah yang besar, ya makhluk itu adalah Wanita.

Dimana kebanyakan dari perhiasan-perhiasan mereka tak lagi menjadi privasi, bahkan dapat dilihat oleh khalayak umum yang tak sepatutnya untuk dilihat ataupun terlihat dijalanan.

Aku tak bilang semuanya, hanya saja kebanyakan dari mereka yang pernah terlihat oleh ku seperti itu.
Jadi, sedikit pesanku pada kalian wahai wanita, tutuplah aurat kalian, jangan kalian tunjukkan perhiasan-perhiasan yang seharusnya kalian simpan untuk dia yang telah halal untuk melihatnya, karena tak sedikit orang yang merasa terganggu akibat perbuatan kalian itu, termasuk aku.

Rasulullah bersabda "Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita  yang sholehah". (HR. Muslim)

Sebelumnya aku minta maaf bukan maksudku untuk menyudutkan kaum wanita, hanya saja aku ingin sedikit mengisahkan keadaan masyarakat sekarang, problematika ummat. Semoga ini bisa menjadi renungan kita bersama. Amin.

Aku dan Sasuke


Tak mampu ku bendung air di kantung mataku hingga akhirnya membasahi pipiku, mengalir indah diwajahku,yang saat itu tertutup helm, ketika aku sedang mengendarai motorku  menuju rumah seusai menghadiri Seminar yang diadakan oleh salah satu organisasi, disanalah untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan saudaraku, setelah ia pulang dari mengikuti agenda bertaraf Nasional di Bandung, dia adalah salah satu saudaraku satu angkatan di kampus yang ikut mewakili provinsi kami, disana ia memberiku oleh-oleh dari agenda tersebut dan bercerita tentang keadaannya disana selama satu minggu.

Senang, bangga, iri dan kecewa. Mungkin itulah perasaan ku saat ini yang bisa kusebutkan, entah perasaan apalagi yang ada dalam hati ini hingga tak tau lagi aku menyebutnya, semua  bercampur aduk menjadi satu, menggumpal, membesar, dan rasanya hati ini tak mampu menampung itu semua, seakan mereka ingin keluar dengan memecah gelembung hati ini.

Ya, aku senang melihatnya pulang dengan selamat, dan bangga mempunyai saudara yang begitu kompeten, hingga ia bisa pergi ke luar pulau yang terpilih menjadi utusan dari LDK kami. Tapi aku juga iri melihat perkembangannya yang begitu pesat mulai dari kepiawaiannya dalam berbicara sampai keilmuannya, hingga meninggalkanku yang masih jauh di belakangnya, bertanya dalam hati, “mengapa aku tidak bisa?” dan kecewa melihat keadaanku yang tak sehebat ia, tak sepandai ia, seakan tak ada artinya jika dibandingkan dengannya. Menyedihkan.

Sempat aku berfikir, apakah orang sepertiku masih dibutuhkan untuk perkembangan dakwah ini di wadah tempatku sekarang? Melihat dari banyak teman seangkatanku yang memiliki kemampuan yang lebih dibanding diriku. Sepertinya orang sepertiku tak dibutuhkan lagi, hanya akan memenuhkan daftar nama saja, namun tak menambah manfaat. Aku merasa tak berguna.

Teng.. Sasuke..Uchiha Sasuke… Pikiran ku tiba-tiba tertuju pada sosok ini.
Ya, ia adalah salah satu tokoh karakter di film yang tak asing lagi kita dengar, Naruto. Kisahnya di film itu sangat mirip dengan kisahku saat ini, ketika ia melihat perkembangan Naruto yang begitu pesat jauh meninggalkan dirinya di belakang, dan berfikir ia tak akan menjadi kuat di Konoha dan akan terus di bayang-bayangi oleh Naruto. Hingga akhirnya ia memutuskan pergi dari konoha dan memilih untuk ikut bersama. Ya, aku juga sempat berfikir untuk keluar dari barisan dakwah ini.
***

Siang ini tak seperti biasa di kota khatulistiwa ini, seakan mengetaui keadaan hatiku. terik matahari tak begitu menyengat, karena siang ini langit ditutupi awan tebal yang menggumpal dengan warna khas mendung, abu-abu.

“Allahuakbar..Allahuakbar..”
Sekejap suara adzan Dzuhur menyadarkanku dari lamunan, di tengah perjalananku menuju rumah. Waktu terasa cepat sekali, seakan tak mau kalah dengan motorku yang sedang ku kendarai ini. Tanpa pikir panjang akupun langsung membelokkan motorku ke arah masjid yang berada tepat disamping jalan yang kulewati.

“Bismillahirrahmanirrahim”
Air wudhu mulai membasahi permukaan kulitku merasuk menembus kulit menuju tulangku. Ya Allah, sungguh nikmat air ini hingga semuanya terasa terbersihkan dari rasa penat dan kotoran-kotoran duniawi yang sempat menguras pikiranku.
Allahuakbar..” takbirpun ku lakukan sebagai syarat shalatku.
***
Alhamdulillah, kewajiban telah kulaksanakan, kini jiwa ini telah dingin setelah ku ambil air wudhu dan hati ini menjadi tenang setelah berkomunikasi dengan-Nya. Aku duduk di teras Masjid dan menyandarkan tubuhku di dinding yang agak sedikit hangat, mungkin karena tadi pagi cahaya mentari menyinari diding ini yang kini telah teduh terlindungi oleh atap Masjid yang berwarna hijau.

Belum sempat aku keluar dari masjid ini, kini pikiranku kembali mengingat kejadian itu, yang sempat kulupakan sejenak saat shalat dzuhur tadi, kini sangat mengacaukan otakku. Tiba-tiba saja aku teringat perkataan seorang sahabat.

“Dakwah tidak membutuhkan antum. Ada atau tidaknya antum, dakwah akan terus berjalan. Tapi, apakah syurga Allah tak menggairahkan untuk antum masuki?”

Ya Allah, kalimat itu rasanya menampar hatiku, menyadarkanku bahwa aku yang membutuhkan dakwah ini, kita membutuhkan dakwah untuk mencapai jannah-Nya, bukan dakwah yang membutuhkan kita, dan aku tidak punya waktu untuk menyesali keadaanku karena dakwah akan terus berjalan tanpa menungguku.

“A’udzubillahissami’il alim minasysyaithanirrajim” Apa yang telah kulakukan sepanjang hari ini? Menguras pikiranku dengan hal yang sia-sia?. Seharusnya keadaanku ini bukan malah membuatku terpuruk, tetapi keadaanku ini haruslah menjadi penyemangat yang hebat untuk memotivasi ku agar terus belajar dan belajar, karena seorang muslim selalu dipenuhi dengan pikiran-pikiran positif (khuznudzon)  yang membuatnya selalu bersemangat dan tidak berputus asa dari Rahmat Allah SWT.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”(QS.Al Baqarah:155)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”(QS.Ali Imran:104)

Sekejap Ayat ini mengembalikan semangatku yang sempat hilang, menguatkanku dan menyadari ini hanyalah kerikil dakwah. Karena hanya orang-orang pilihanlah yang hatinya terpaut untuk berdakwah, merekalah orang-orang yang beruntung, pengemban tugas mulia, merekalah penerus risalah Nabi.

Muawiyah : Sahabat yang Kontroversial


Muawiyah Bin Abu Sufyan, sahabat Nabi Shalalhu 'alaihi wasallam yang kontroversial.

Sahabat yang pernah berseteru dengan Ali Bin Abi Thalib di medan Perang Shiffin

Lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Hindun binti Utbah dan seorang Ayah yang bernama Abu Sufyan bin Harb yang pernah memusuhi Islam 

Fakta inilah yang membuat Muawiyah di anggap oleh sebagian orang memiliki image yang buruk

Padahal bagitu banyak Hadist, ungkapan para Ulama dan fakta yang menunjukkan keutamaan Sahabat Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam ini

Beliau juga tercatat sebagai penulis Wahyu-wahyu dari Allah (Al-Qur'an)

Pada masa kekhalifahan Usman Bin Affan, Peristiwa Perang pertama mengarungi Lautan terjadi, juga di bawah Kepemimpinan Muawiyah Bin Abu Sufyan 

Rasulullah pernah berkata "Tentara dari umatku yang pertama berperang dgn mengarungi Lautan sudah pasti mendapat Surga" (HR. Bukhari Muslim) 

Umar Ibnu Khattab juga pernah mengangkatnya sebagai Gubernur Syam hingga akhir kekhalifahan Umar. Kemudian diteruskan di kekhalifahan Usman 

Perlu diketahui Umar Ibnu Khattab adalah orang yang amat cermat, teliti dan sangat ketat dalam memilih orang untuk jabatan yang berat ini (Gubernur)

Jika Umar bin Khattab dan Usman Bin Affan saja mengakui ketokohan, keadilan dan kerja keras Muawiyah. Apakah kita pantas mengatakannya seorang yang berakhlaq buruk?

Sikap kita terhadap sahabat ialah sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam "Jangalah kmu menghina sahabat2ku, karena jika engkau membelanjakan emas sebesar bukit Uhud di jalan Allah, itu tidak akan sama dgn secupak atau setengah cupak yang di belanjakan oleh salah seorang dari mereka" (HR. Bukhari)

Muawiyah ditugaskan mencatat wahyu. Bayangkan, apakah mungkin sosok yang dipercaya Nabi Saw, sebagai pencatat wahyu adalah seorang yang buruk akhlaqnya?

Perseteruan di antara sahabat Rasulullah Saw adalah upaya musuh Islam yang menyamar sebagai orang Muslim. Menyelinap dan menjalankan tipu dayanya dari dalam.

Sekian dulu sekilas tentang Sahabat Rasulullah Saw yang kontroversial ini, semoga dapat menghibur dan menambah pengetahuan ^_^

#Muawiyah

Menjaga Izzah dan 'Iffah


Izzah adalah sebuah harga diri yang mulia dan agung. Harus ada menghiasi setiap relung jiwa seorang muslim, apalagi Muslimah.

Sedangkan ‘iffah adalah menahan. Adapun secara istilah; menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan.

Dengan demikian, seorang yang ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya.

Izzah dan ‘Iffah adalah akhlaq yang tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah Ta’ala. Bahkan akhlaq ini merupakan sifat hamba2 Allah Ta’ala yang shalih, yang senantiasa memuji keagungan Allah Ta’ala, takut akan siksa, adzab, dan murka-Nya, serta selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.

Karena Izzah-nya adalah sesuatu yang sangat mahal dan ‘iffah-nya adalah sesuatu yang sangat berharga.

Kita mungkin mampu menguasai keduanya (Izzah dan 'Iffah) di “dunia nyata” tapi ternyata tidak sedikit yang tidak mampu mempertahankan keduanya ketika berada di “dunia maya”.

Sayang sekali memang, ketika kita merasa bahwa "dunia maya" akan jauh berbeda dengan "dunia nyata" ternyata syetan pun dengan mudah menguasai diri.

Hijab yang begitu anggun ditutup dari lawan jenis, begitu mudah dibuka ketika menemukan lawan jenis, karna merasa bahwa tidak ada hijab di "dunia maya" apalagi yang sedang populer kini yakni facebook.

Tak ada lagi yang tersisa dari rasa malu yang sering dibanggakan di ‘dunia nyata’, hilang begitu saja ketika lawan jenis (bukan mahram) lebih memperhatikan di facebook daripada ketika di ‘dunia nyata’.

Disisihkan kemana rasa malu itu, ketika hati sudah terpaut di ‘dunia maya’ sehingga mata dan hati tak lagi melihat sebuah iffah dan izzah yang harus pertahankan.

Demikianlah Islam telah menempatkan wanita di tempat yang mulia, namun mereka sendirilah yg menghilangkan Izzah dan 'Iffah mereka.

#MenjagaIzzahDanIffah

 
Muliakan Hidup Dengan Ilmu © 2012 | Designed by Bubble Shooter, in collaboration with Reseller Hosting , Forum Jual Beli and Business Solutions