Sudah berapa kali kita
bertemu dengan bulan penuh berkah, tamu agung yang di tunggu-tunggu
kehadirannya oleh ummat islam, yang bahkan non muslim juga kecipratan
kegembiraan di bulan ini, ialah bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat malam
yang sebanding dengan 1000 bulan.
Meskipun begitu
agungnya bulan ini, nyatanya mulai dari pertengahan sampai ke penghujung bulan,
sepertinya sudah mulai terlupakan oleh muslim itu sendiri. Dapat kita lihat
dari beberapa ramadhan-ramadhan yang lalu, kemudian ramadhan tahun ini juga,
jama’ah sholat di masjid semakin hari semakin maju. Yah maju kedepan karena
semakin berkurangnya ummat islam yang pergi ke masjid.
Mungkin diantara kita
adalah salah satu yang mulai melemah semangatnya untuk beribadah dibulan ini,
atau mungkin kita adalah salah satu yang menghilang dari jama’ah sholat di
masjid, yang seharusnya semakin dipenghujung, semakin bertambah pula semangatnya,
apalagi banyak terdapat keutamaan di dalamnya.
Dari
‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau
mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya “. (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 2008)
Dalam
lafazh yang lain:
“Pada sepuluh terakhir bulan
Ramadlan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi
hari-hari selainnya.” (HR. Muslim no.
2009)
Seperti itulah yang
dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, dalam menjalani ibadah
dipenghujung bulan istimewa ini, ia lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
ibadah-ibadah kepada Allah. Terlebih lagi dipenghujung ramadhan ini ada malam ajaib
menurut saya, ia bernama “Lailatul Qadr”, malam kemuliaan, dimana pada malam
itu Al-Qur’an diturunkan, malam yang sering orang menyebutnya dengan Malam
Seribu Bulan, ya karena ia memang lebih baik dari 1000 bulan.
Allah swt. berfirman: “malam kemuliaan (lailatul qadr) itu lebih baik dari seribu
bulan.” (QS. Al Qadr: 3)
Kemudian
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam juga sudah mewanti-wanti mengenai malam
Lailatul Qadr, serta memerintahkan kita untuk mencarinya.
“Carilah lailatul qadr pada
tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan” (HR. Bukhari)
Maka untuk itu
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam melakukan I’tikaf di sepuluh malam
terakhirnya dan menganjurkannya kepada ummatnya
Mengenai i’tikaf yang dilakukan
oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam disebutkan
dalam hadits ‘Aisyah berikut ini, di mana beliau berkata,“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir
dari bulan Ramadhan, hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian
istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelah beliau wafat.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
Itu sedikit bahasan mengenai
keutamaan dipenghujung ramadhan, khususnya 10 malam terakhir, namun yang ingin kita
bahas disini adalah fenomena yang terjadi dimasyarakat mengenai aktvitasnya di
penghujung ramadhan.
Ia adalah bulan ibadah
bukan bulan niaga, apalagi dipenghujungnya, seringkali kita dapati lebih banyak
orang muslim lebih senang dengan pergi ke Mall, entah itu hanya sekedar
jalan-jalan “cuci mata” ataupun berbelanja dengan penuh khidmat mengelilingi
setiap bagian dari lorong-lorong yang ada di Mall itu.
Sudah jadi budaya di
negeri kita, bahwa yang namanya penghujung ramadhan menjelang Idul Fitri, saatnya
berfoya-foya dengan lebih sibuk mempersiapkan hari lebaran dengan pakaian baru,
perabotan baru, rumah dengan warna baru, dan lain-lain yang baru, banyak yang
tahan berjam-jam untuk mencari produk-produk di mall dari pada berdiam diri
sejenak di masjid untuk beri’tikaf, sehingga rasanya tak salah jika saya
menyebutnya “Beri’tikaf di Mall”. Alhasil itu mengakibatkan terbengkalainya
ibadah yang seharusnya semakin kencang di penghujung bulan ini.
Banyak yang lebih
disibukkan dengan urusan dunia dari pada ibadah, sehingga apa yang menjadi
tujuan haqiqi dari ramadhan tak kita dapatkan. Inilah yang mungkin menjadi
penyebab dari ramadhan yang pernah kita temui tak membuat perubahan dalam diri
kita, hanya menjadi kenangan indah tak bermakna yang hanya berlalu begitu saja,
yang bahkan mungkin hanya sekedar ceremonial ikut-ikutan, karena melihat yang
lain bergembira menyambutnya.
Mari kita renungkan
dalam hati kita, sudah sejauh manakah Ramadhan ini membawa kita keperubahan
yang semakin baik?